Senin, 17 Oktober 2016

[LAPORAN PRAKTIKUM 1]



Kelompok 3:
Kiri ke kanan: Gerry Alfonsus (15515036), Stefanus Wicaksana Kurniawan (15515016), Yustin Riana (15515033), Aisyah Diah Larasati (15515035) Ronaldo Aditya Lieberth (15515031), Adicawida Suparman (15515022)
Pada hari Jumat, 30 September 2016, kami mengikuti praktikum pertama mata kuliah KL2105 Bahan Bangunan Laut yang diadakan di Lab. Struktur di gedung CIBE. Kami berkumpul di luar gedung untuk mempersiapkan pakaian yang sesuai. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan harus sudah menggunakan peralatan safety yang sesuai dan membawa peralatan yang dibutuhkan selama praktikum berlangsung, yaitu:
1.      Jas lab (dikancing dan lengan tidak digulung)
2.      Rambut diikat bagi yang panjang, dan kerudung dimasukkan kedalam jas lab
3.      Modul
4.      Alat tulis
5.      Nametag
6.      Sepatu tertutup dan tidak licin
Pertama, kami mengikuti tes awal yang diadakan di dalam ruangan selama 15 menit. Tes awal mencakup pengetahuan kita tentang modul yang akan dipraktikkan pada hari itu.
Secara garis besar, alur praktikum BBL kelompok 3 adalah sebagai berikut:
·         Tes awal (15 menit)
·         Pemeriksaan kadar air agregat
·         Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
·         Berat jenis dan penyerapan agregat
·         Pemeriksaan berat volume agregat
·         Analisis saringan agregat halus dan kasar
·         Pemeriksaan kadar organik dalam agregat halus
Praktikum No. 6
Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan:          untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan  cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen
Alat :
a.       Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
b.      Oven suhunya dapat diatur sampai (110±5)0C
c.       Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
Benda uji: berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5mm adalah 0.5kg
Prosedur:
-          Timbangan dan catat berat talam (W1)
-          Masukan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya (W2)
-          Hitung berat benda uji W3 = W2-W1
-          Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110±50)C hingga beratnya tetap
-          Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam W4
-          Hitung berat benda uji kering W5=W4-W1
Analisis dan hasil:
Menghitung kadar air dalam agregat dengan persamaan
W3-W5/W5 X 100%
LAPORAN
Tabel  Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Agregat Halus
A.  Berat wadah
 148gram
B. Berat wadah + benda uji
1280 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1132 gram
D. Berat benda uji kering
1020 gram

Kadar air ( ):

10.98 %
Kadar air rata-rata :
11.5735 %
Agregat Kasar
          A. Berat wadah
161gram
          B. Berat wadah + benda uji
1242 gram
          C. Berat benda uji (B-A)
1080 gram
         D. Berat benda uji kering
1019 gram
Kadar air ( ):

6.08%
Kadar air rata – rata :
6.74%



Hasil di atas akan digunakan untuk koreksi kadar air agregat pada perhitungan pembuatan beton nantinya.
Praktikum No. 5
Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tujuan: untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai camuran beton. Kandungan lumpu < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton
Alat:
a.       Gelas ukur
b.      Alat pengaduk
Benda uji: contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
Prosedur:
-          Contoh benda uji dimasukan ke dalam gelas ukur
-          Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur
-          Gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
-          Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
-          Ukur tinggi pasir V1 dan tinggi lumpur V2
Analisis dan hasil
Menghitung kadar lumpur
V2/V1+V2 X 100%
LAPORAN

Volume agregat halus 139 mL, dan lumpurnya 19 mL, sehingga dengan rumus didapat kadar lumpur sebesar 12.025% sehingga kurang baik untuk bahan campuran mix desain beton.
Praktikum no. 7
Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Tujuan
Menentukan Specific Gravity dan penyerapan agregat sehingga dapat digunakan untuk menentukan bulk specific gravity, bulk specific gravity SSD, atau Apparent specific gravity. Bulk Specific gravity sendiri berpengaruh terhadap nilai volume kebutuhan agregat dalam suatu rencana adukan beton.
Alat dan Bahan :
  1. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram dan berkapasitas besar untuk agregat halus
  2. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram dan berkapasitas besar untuk agregat kasar
  3. Keranjang besi diameter 203.2 mm dan tinggi 63.5 mm
  4. Piknometer kapasitas 500 gram
  5. Cetakan kerucut pasir
  6. Tongkat pemadat
  7. Alat penggantung keranjang
  8. Handuk
  9. Agregat Kasar dan Agregat Halus
Prosedur :
  1. Untuk Agregat Halus :
-          Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
-          Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat
-          Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
-          Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
-          Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.
  1. Untuk Agregat Kasar
-          Benda uji direndam selama 24 jam
-          Benda uji digulung dengan handuk, sehingga air permukaan habis, tetapi harus masih tampak lembab (kondisi SSD) , kemudian timbang benda uji. Sebagai berat SSD = A
-          Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan rendam kembali kedalam air. Temperatur air (73,4± 3) 0F dan kemudian timbang kembali. Sebelum menimbang, conatainer diisi dengan benda uji, lalu digoyang – goyangkan didalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung kondisi jenuh = B
-          Keringkan benda uji pada temperatur (212 ± 130) 0F, kemudian didinginkan dan ditimbang. Hasilnya berupa berat kering = C
Analisis dan Hasil :
Agregat Halus
Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Halus
Observasi I
A.    Berat Piknometer
171 gram
B.    Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.    Berat piknometer + air + contoh SSD
954 gram
D.    Berat piknometer + air
669 gram
E.     Berat contoh kering
456 gram

Apparent Spesific Gravity :

2.67

Bulk Spesific Gravity (Kering) :

2.12

Bulk Spesific Gravity (SSD) :

2.33

Persentase Absorpsi Air :

9.65 %
Rata – Rata dengan hasil kelompok lain
Apparent Specific Gravity
2.83
Bulk Specific Gravity (kering)
2.0896
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.3431
Persentase Absorpsi Air
1.101    12.4767
Agregat Kasar
Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar
Observasi I

A.    Berat SSD
  2710 gram
B.    Berat contoh dalam air
1691.5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2652 gram

Apparent Spesific Gravity :

2.76

Bulk Spesific Gravity (Kering) :

2.6

Bulk Spesific Gravity (SSD) :

2.66

Persentase Absorpsi Air :

2.18 %
Rata – Rata dengan hasil kelompok lain
Apparent Specific Gravity
2.87
Bulk Specific Gravity (kering)
2.617
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.706
Persentase Absorpsi Air
2.3313 %
Praktikum no. 2
Pemeriksaan Berat Volume Agregat

Tujuan: Menghitung berat volume agregat halus, kasar, atau campuran.
Penjelasan Umum: berat volume agregat digunakan untuk menentukan proporsi agregat yang digunakan dalam campuran. Berat volume agregat dapat diartikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volumenya
Alat dan Bahan:
  1. Timbangan digital
  2. Talam untuk wadah agregat
  3. Tongkat pemadat (terbuat dari baja anti karat dengan d=15mm dan  p=60cm)
  4. Mistar perata
  5. Sekop untuk mengambil agregat
  6. Wadah berbentuk silinder tanpa tutup
  7. Agregat kasar yan g akan diuji dalam keadaan kering
  8. Agregat halus yang akan diuji dalam keadaan kering

Prosedur:
  1. Timbang dan catatlah berat wadah (Wtalam).
  2. Masukkan benda uji (masing-masing agregat halus dan agregat kasar) dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
  3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
  4. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (Wgab1).
  5. Hitunglah berat benda uji (Wbenda = Wgab1 –Wtalam)
  6. Catat hasilnya di tabel bagian gembur
  7. Ulangi langkah 2 namun dengan penusukan 25x per layer (satu wadah ada 3 layer)
  8. Ulangi langkah 4 dan 5 lalu catat hasilnya di tabel bagian padat
  9. Lakukan kepada masing-masing agregat kasar dan halus
Analisis dan Hasil:
Wbenda/Volume
V = isi wadah (dm3)
LAPORAN
Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat
Agregat Halus

Padat
Gembur
A.                       Volume  wadah
2,781liter
2,781liter
B.                        Berat wadah
2,676kg
2,676kg
C.                        Berat wadah + benda uji
7,068kg
6,724 kg
D.                       Berat benda uji (C-B)
4,392kg
4,048 kg

Berat volume :    

1,58 kg/l

1,46 kg/l
Agregat Kasar

Padat
Gembur
A.                       Volume  wadah
2,781liter
2,781 liter
B.                        Berat wadah
2,676 kg
2,676 kg
C.                        Berat wadah + benda uji
6,759 kg
6,262 kg
D.                       Berat benda uji (C-B)
4,083 kg
3,586 kg

Berat volume :    

1,463kg/l

1,289 kg/l
Berat volume rata–rata Agregat Halus (Dirata-rata dengan hasil percobaan kelompok lain) :

1,569kg/l

1,4611 kg/l
Berat volume rata–rata Agregat Kasar (Dirata-rata dengan hasil percobaan kelompok lain) :

1,4396kg/l
1,291kg/l
Dari data percobaan, didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun agregat halus, lebih berat dibandingkan dengan berat volume pada saat gembur.
Hal ini disebabkan karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan, yaitu yang satu dipadatkan dan yang satu tidak dipadatkan.
Pada saat agregat dipadatkan, maka rongga-rongga udara pada sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada pada saat kondisi gembur.
Praktikum no. 3
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
Tujuan: untuk menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar dengan metode uji saringan
Penjelasan umum: pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mennetukan distribusi butiran agregat. Data distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan kasar
Alat dan Bahan :
  1. Timbangan yang bisa disetel keadaan 0 nya
  2. Satu set saringan (no.4, no.6, no.16, no.30, no.50, no.100, no.200) untuk agregat halus
  3. Satu set saringan ukuran (25.00, 19.00, 9.50, 4.75, 2.38) dalam mm untuk agregat kasar
  4. Talam
  5. Sekop
  6. Agregat kasar 2000 gram
  7. Agregat halus 500 gram
Prosedur:
  1. Benda uji dicurahkan pada perangkat saringan, susunan saringan dimulai dari saringan paling besar di atas. Perangkat saringan diguncang dengan tangan.
  2. Pisahkan masing masing saringan lalu timbang lalu isikan nilainya pada tabel
  3. Lakukan untuk masing-masing agregat (agregat kasar dan agregat halus).

Analisis dan hasil
a.       Hitung persentase berat agregat yang lolos dan persentase berat yang tertahan
b.      Plot grafik kumulatif (kurva gradasi)
c.       Hitung modulus kehalusan
LAPORAN
Tabel Analisis Saringan Agregat Halus
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90



9.5
0
0
0
100
100

4.75
1
0.2
0.2
99,8
95-100

2.36
46
9.2
9.4
90,6
80-100

1.18
134
26.8
36.2
63,8
50-85

0.6
168
33.6
69.8
30,2
25-60

0.3
76
15.2
85.0
15
10-30

0.15
57
11.4
96.4
3,6
2-10

0.075
17
3.4
99.8
0,2


PAN
1
0.2
100.0
0


Modulus Kehalusan: 3.968

Rata-rata : 4,09


Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90



25.00
0
0
0
100
100

19.00
262
13.1
13.1
86,9
90-100

9.50
1617
80.85
80.85
6,05
20-55

4.75
112
5.6
99.55
0.45
0-10

2.38
9
0.45
100
0
0-5

Modulus Kehalusan    : 3,06
Rata-rata                     : 2,693

Dilihat dari kurva yang didapatkan dari hasil percobaan analisis saringan baik gradasi agregat kasar maupun gradasi milik agregat halus menunjukan distribusi yang cukup baik. Tidak ada ukuran yang tidak ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persebaran atau distribusi dari kedua jenis agregat cukup merata dan modulus milik kedua jenis agregat yaitu
Agregat kasar: 3.06
Agregat halus 3.98
Sehingga agregat yang diuji layak untuk digunakan dalam campuran atau adukan beton yang akan dibuat nantinya.
Praktikum no. 4
Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
Tujuan: untuk mengetahui zat apa saja yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan bahan organik yang melebih batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan. Karena menurut persyaratan kadar organik dalam agregat tidak boleh melebihi batas yang diuji dengan NaOH 3%
Alat dan Bahan :
  1. Agregat halus yg telah direndam selama 24 jam pada NaOH 3% di dalam botol kaca bening
  2. Organik plate.
Benda uji: contoh pasir dengan volume 115ml (1/3 volume botol)
Prosedur :
Bandingkan air yang ada di botol kaca bening tersebut dengan organik plate.
LAPORAN
Observasi warna pada standar warna seperti pada gambar diatas, tidak pekat dari nomor 3 pada organik plate.
Kesimpulannya adalah agregat halus layak untuk digunakan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar